• KALIMAT RENUNGAN

    ikon4

    "Di akhir zaman nanti banyak wabah penyakit yang melanda manusia di dunia,hanya umatku yang terhindar karena mereka memelihara wudhu nya"

    ( HR Thabrani)

    Jauh hari sebelum WHO mengkampanyekan ihwal cuci tangan umat islam sudah diajari Nabi sejak 14 abad yang lampau.

    " Jika salah seorang dari kalian terbangun dari tidurnya,janganlah dia memasukan tangannya ke bejana air sebelum membasuhnya tiga kali,karena dia tidak tahu dimana tangannya bermalam" (HR Muslim)

  • Kategori

  • Arsip

    • 403.957 Hits
  • Alat Penerjemah


    google translate
  • BLOGROLL

  • Tidak ada gambar Instagram yang ditemukan.

Workshop Penghilang Home sick

Di penghujung masa liburan semester ganjil 2002-2023, Yayasan Kharisma Darussalam menggelar acara Festival Workshop Batik, yang digelar sebagai ragkaian kegiatan yang biasa dilaksanakan setiap semester. Dengan tujuan untuk menghilangkan rasa home sick yang biasa dirasakan oleh para santri setelah menjalani liburan di rumah bersama orang tua. Kegiatan ini baru dilaksanakan kembali setelah 2 tahun lalu terkendala pandemic. Biasanya, para santri kembali ke asrama seminggu sebelum jadwal masuk sekolah dilaksanakan. Pun demikian pada kali ini. Sejak Senin 2 Januari para santri sudah kembali masuk asrama.
Bekerjasama dengan sanggar Batik Putri Sangga Buana Karawang, para santri diberikan materi dan praktik membatik. Mulai dari membuat pola, memberi lilin (canting), mewarnai, memblok, sampai bisa menghasilkan batik dalam bentuk saputangan dan selendang. Pada awalnya para ustadz/ustadzah merasa risau pada kegiatan yang akan diberikan kepada para santri ini. Hawatir para santri kurang menyenangi atau merasa bosan/jenuh karena harus duduk lama. Tapi kenyataannya, 5 hari yang diberikan pelatihan menunjukkan antusiasme dan semangat yang tinggi. Sambil diiringi music, juga diberi keleluasaan kepada para santri untuk istirahat bila merasa cape. Namun kenyataannya, mereka anteng mengerjakan semua tahapan membatik ini, bahkan ketika jam istirahat tiba pun, mereka masih asyik dengan pekerjaannya. Alhasil, hasil karya mereka dapat digelar pada workshop ini, dengan berbagai macam motif, yang lumayan bagus bagi pemula yang baru belajar selama 5 hari ini.
Yayasan Kharisma Darussalam memiliki wadah pendidikan mulai dari jenjang TK sampai SMA. Untuk jenjang SMP yang menjadi binaan saya di Komisariat Cikampek, tahun ini belum bisa melaksanakan IKM, karena ada peralihan Kepala Sekolah SMP ke SMA, sehingga dikhawatirkan mengganggu program sekolah. Namun demikian pembelajaran membatik ini, sungguh banyak menerapkan dimensi Profil Pelajar Pancasila. Membatik sebagai bentuk Kebhinekaan, yang menanamkan gaya hidup berkelanjutan, kemandirian, bernalar kritis, dan kreatif. Juga satu sikap yang sangat ditanamkan dalam membatik yaitu “hati-hati” tertuang dalam yel-yel “tepuk batik”. Yang bunyinya “Ambil canting isi malam, hati-hati”, “Gambar di atas kain, hati-hati”, “Beri warna, hati-hati”, dijemur sampai kering” Batik budaya Indonesia”. Yel yel ini dinyanyikan dengan nada lagu “Kalau kau senang hati”. Dapat terlihat bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap kehati-hatian. Selain itu Opa (sapaan untuk Pemilik Workshop Batik Putri Sangga Buana Karawang, Bapak Heri Daryanto) dalam melatih para santri ini juga menyampaikan bahawa apa yang dilakukan oleh para santri, dalam hal ini membatik, itu dilakukan bukan untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain. Artinya, ketika kita berusaha membatik yang indah, maka keindahannya itu dapat dinikmati oleh orang lain. Hal ini memiliki makna yang dalam tentang keikhlasan. Ini juga dikaitkan dengan salah satu ayat al Qur’an oleh ketua Yayasan Kharisma Darussalam, Ust. Dani Hamdani, QS. At-Taubah ayat 122 yang artinya tentang perintah menuntut ilmu, memperdalam pengetahuan, dan menambah wawasan, serta menjaga dirinnya. Membatik termasuk pada kegiatan menambah ilmu pengetahuan.
Pada intinya, kegiatan yang digelar oleh yayasan ini, sebagai bentuk pembekalan keterampilan atau life skill yang diharapkan dapat menjadi bekal hidup siswa di kemudian hari. Juga sebagai salah satu cara menghilangkan rasa home sick yang sering menyebabkan siswa malas untuk kembali ke sekolah. Dengan kegiatan ini, pada hari pertama kalender sekolah, baik siswa maupun guru sudah siap melaksanakan pembelajaran.
Tantangannya, apakah kegiatan seperti ini sudah menjadi budaya juga di sekolah lain? Di mana biasanya kegiatan hari pertama kalender sekolah yang seharusnya sudah efektif belajar, masih terganggu oleh kegiatan lain-lain di luar pelajaran.(kadang sering dianggap pecan tidak efektif oleh beberapa guru. Untuk menjadi budaya, tentu harus diawali dengan mindset yang berubah dari semua pihak terkait.
Akhirnya, saya selaku teman belajar para guru, mengajak semua guru sebagai agent of change untuk mengubah mindset tentang hari pertama masuk sekolah.

Tinggalkan komentar